-->

Dialog Antara Mata dan Hati

Dialog Antara Mata dan Hati
Dialog Antara Mata dan Hati


 
Pic by: www.google.com
Mata adalah penuntun dalam melakukan sesuatu, sedangkan hati adalah penuntun sekaligus pendorong. Dalam hal nafsu hati dan mata adalah sekutu yang mesra, hati berorientasi kenikmatan atas pencapaian sedangkan mata lebih menikmati sebuah pandangan. Namun jika suatu hal yang buruk terjadi maka dialog antara mata dan hati akan saling menyalahkan dan saling mengolok-olok.

Dialog antara mata dan hati pada saat hati mencela mata. “hai mata, kamulah yang menyebabkan ini semua, kaulah awal yang membuatku menuju kebinasaan yang akirnya hanya penyesalan karena aku(hati) hanya mengikuti beberapa waktu saja. Apakah engkau tahu, kamu telah menyalahkan firman Allah yang berbunyi

“hendaknya mereka menahan pandanganya”

Dialog antara mata dan hati tetap berlanjut dengan hati yang terus menyudutkan mata, kau juga telah melanggar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang memiliki arti :

“memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai panah iblis. Barang siapa meninggalkanya karena takut kepada Allah wa jalla, maka Allah akan memberikan balasan iman kepadanya yang akan didapati kelezatannya didalam hatinya.” (HR. Ahmad)

Dialog antara mata dan hati terus berlanjut mengunakan Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lainya yang terhadap pandangan.

“pandangan laki-laki terhadap keelokan wanita adalah panah dari berbagai macam iblis yang beracun. Barang siapa menghindar dari panah itu, maka Allah akan menggantinya dengan ibadah yang membuatnya dia senang”.

Tidak ada kerusakan yang paling hancur dari pada kerusakan yang dikarenakan oleh lidah dan mata. Barang siapa yang menjalani hidup denga terpuji, maka ia harus menjaga lidah dan matanya.

Lalu dialog antara mata dan hati, dilanjutkan dengan sanggahan mata terhadap hati yang mencoba untuk mencela mata. Kau selalu menzhalimi aku, sejak awal mulai sampai akhir. Kau kuatkan dosaku, padahal akau hanya sebuah utusan yang selalu menuruti apa yang diperintahkamu. Engkau adalah seorang raja (hati) dan kami hanya rakyat yang harus mengikuti apa yang diperintahkan rajanya. Jika engkau menyuruhku untuk melakukan kebaikan maka akan kuturuti dengan senang hati, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah berkeputusan dengan sabda: “sesungguhnya didalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya, dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal darah itu adalah hati.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainya)

Abu Huraira radhiyallahu ‘anhu menggambarkan jika hati dan mata ini di analogikan sebagai sebuah kerajaan, maka hati adalah raja sedangkan anggota tubuh lainya adalah para pasukanya. Jika seorang raja memiliki sifat yang buruk, maka buruklah yang ada pada kerajaan tersebut. Jika hati di berikan sebuah pandangan maka rusaknya pengikutnya karena kerusakan raja atau hatinya tersebut. Allah juga berfiman kepada mereka yang dalam kondisi krisis
“sesungguhnya bukan mata yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang berada di dalam dada” (Al-Hajj :46)

Begitulah kira-kira dialog antara mata dan hati, lalu ketika menemui sebuah masalah siapa yang harus menanggung beban, jawabanya adalah kedua-duanya.

Advertisement