Apa Bedanya Ruh dengan Nafsu?
Pertanyaan:
Apa
beda ruh dengan nafsu?
Jawab:
Jika
timbul pertanyaan tentang perbedaan antara sesuatu, kita harus mengetahui
tentang sesuatu itu. Banyak orang berbeda pendapat tentang pengertian ruh dan
nafsu. Ada yang berpendapat keduanya sama, ruh itu nafsu dan nafsu itu ruh.
Tetapi
mustahil bagi manusia untuk mengetahui masalah ruh, karena Allah swt berfirman,
"Dan
mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, ruh itu termasuk urusan
Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (al-Isra':
85)
Pengetahuan
tentang ruh mutlak dan khusus urusan Allah, dan manusia tidak diberi ilmu
pengetahuan tentang ruh. Dalam Al-Qur'an surah Yaasiin ayat 82 Allah berfirman,
"Sesungguhnya
keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata, 'Jadilah,'
jadilah ia."'
Apakah
ruh itu suatu benda yang masuk dan hidup dalam tubuh manusia? Apakah ia
menempati bagian tertentu dalam tubuh manusia?
Mengenai
masuknya ruh ke dalam tubuh manusia dijelaskan dengan firman-Nya,
"Sekali-kali
jangan (terlalu mencintai kehidupan dunia). Apabila napas
(seseorang) telah mendesak sampai ke kerongkongan, dan dikatakan
kepadanya, siapakahyang dapat menyembuhkannya?" (al-Qiyamah: 26-27)
Mampukah
manusia mengenali ruh dengan penemuan melalui riset dan penelitian? Jawabnya
tentu tidak!
Ada
lima macam nafsu yang tercantum di dalam Al-Qurvan yaitu,
1. Amamarah
bissu; yang selalu mendorong kepada pelanggaran dan kejahatan.
2. Lawwamah;
yang mengingatkan, menggugah, mengoreksi, dan
menyalahkan perbuatan buruk.
3. Muthmaninah;
yang tenang dan tenteram.
4. Radhiyah;
yang selalu ridha dan puas.
5. Mardhiyah;
yang memperoleh keridhaan Allah.
Nafsu-nafsu
amarah, lawwamah, dan muthmainnah berkaitan dengan ajaran Allah
dalam kehidupan dunia, sedangkan radhiyah dan mardhiyah berkaitan
dengan kehidupan di akhirat. Jadi, fisik atau jasad manusia tidak berdiri
sendiri dalam mengemban tugas perintah dan larangan-Nya, tetapi ditentukan pula
oleh faktor nafsu. Dia juga tidak punya pilihan. Dia diciptakan untuk patuh,
taat, dan selalu penurut. Embrio dalam kandungan sebelum datangnya ruh, begitu
pula run sebelum menyentuh tubuh, selalu bersyukur, beriman, dan tunduk kepada
Allah. Jadi, nafsu adalah gabungan ruh jasad.
Salah
dan keliru sekali bila ada yang berkata, "Ruhnya baik hanya jasadnya yang
jahat."
Tidak
ada ruh yang baik dan ruh yang jahat, atau jasad (fisik) yang baik dan buruk.
Bila ruh bergabung dengan jasad, itulah nafsu dan lahirlah kehidupan yang
diliputi kebaikan dan keburukan. Jasad tidak dapat hidup tanpa ruh, dan ruh
tidak akan tampak kecuali dalam jasad. Jasad memerlukan ruh dan ruh memerlukan
jasad.
Nafsu
yang tunduk patuh kepada ajaran dan bimbingan Allah Yang Maha Pencipta, itulah
nafsu muthmainnah. Nafsu yang sesekali patuh, sesekali melanggar, dan
menentang, kemudian sadar lagi dan menyesal, bertobat dan kembali kepada
tuntunan dan ajaran Allah, itulah nafsu lawwamah.
Pada
dasarnya setiap nafsu bersifat ammarah bissu, terutama mereka yang
membangkang dan menentang petunjuk dan ajaran Allah swt
Adanya
pengertian bahwa ruh pada dasarnya selalu baik dan jasad pada dasarnya selalu
buruk adalah pemahaman yang salah. Baik dan buruknya karena pilihan nafsu,
yaitu gabungan ruh dan jasad.
Ini
dapat diumpamakan dengan lampu dan listrik. Badan ibarat lampu dan ruh ibafat
listrik yang menyebabkan lampu menyala. Bila lampu dipecah, tidak akan ada
nyala listrik.
Begitu
pula bila jasad manusia dirusak (terpotong-potong misalnya), jasad itu tidak
akan mampu menampung fungsinya ruh dan itu dinamakan mati karena pembunuhan
atau penganiayaan.
Berbeda
antara mati akibat pembunuhan dengan mati yang wajar karena mati secara wajar
ialah berpisahnya ruh dan jasad tanpa merusak jasadnya.
Sumber
Pustaka:
Sya’rawi,
Muhammad Mutawai. 2007. Anda Bertanya Islam Menjawab.
Diterjemahkan Oleh: Abu Abdillah Almansyur. Jakarta. Gema Insani
Advertisement