Allah
Menciptakan Manusia
Pertanyaan:
Mengapa Allah mencipta manusia dan apa
hikmahnya?
Jawab:
Berikut penjelasan Ust. Muhammad
Mutawai asy-Sya’rawi (dalam Anda Bertanya Islam
Menjawab. 2007) bahwa;
Manusia diciptakan Allah adalah sebagai
pemimpin segala makhluk Allah. Makhluk-makhluk lain (hewan, tumbuh-tumbuhan,
dan benda) tunduk serta patuh kepada manusia. Tiap jenis mengabdi kepada jenis
yang lebih tinggi.
Kenyataan dapat kita lihat bahwa secara
berjenjang makhluk yang lebih rendah mengabdi kepada yang lebih tinggi,
akhirnya semua mengabdi kepada manusia.
Yang paling rendah adalah benda. Benda
dengan segala unsur yang terkandung mengabdi kepada tumbuh-tumbuhan, selain
juga kepada hewan dan manusia. Tumbuh-tumbuhan mengabdi sepenuhnya kepada manusia
dan hewan.
Hewan lebih rendah dari manusia, karena
hewan tidak bisa berpikir, tidak bisa memilih mana yang baik dan buruk. Hewan
hanya bisa bergerak, punya nyawa, perasaan dan syahwat. Di bawah hewan adalah
tumbuh-tumbuhan. la berkembang seperti manusia dan hewan, tetap tidak bernyawa,
tidak bergerak, dan tidak punya perasaan. Di bawahnya lagi adalah benda la
tidak bisa berkembang.
Jadi, diciptakan bumi dengan segala
isinya adalah untuk manusia. Karena manusia, Allah ciptakan makhluk-makhluk
itu.
Firman Allah,
"Dialah Allah, yang menjadikan
segala yang ada di bumi untuk
kamu." (al-Baqarah: 29)
Dalam hadits Qudsi Allah berfirman,
"Hai anak Adam, Aku menciptakan
segala makhluk karena kamu,
dan Aku menciptakanmu untuk mengabdi kepada-Ku. Jangan sampai engkau
disibukkan oleh kepentingan-kepentingan hidupmu sehingga lupa akan
pengabdianmu kepada-Ku."
Timbul pertanyaan, apakah pengabdian
makhluk-makhluk itu kepada manusia atas kehendak manusia? Apakah manusia bisa
menguasai matahari, udara, atau air?
Jawabannya, 'Tidak" Semua mengabdi
kepada manusia bukan karena kemauan, perintah, atau kekuatan manusia. Ada
kekuatan lain yang mendorongnya.
Hikmah diciptakannya manusia oleh Allah
adalah Allah menciptakan yang kuat untuk kepentingan makhluk yang lemah, bukan
dengan kemauan dan kodrat manusia, tetapi di luar kemampuan dan kodratnya.
Semua makhluk tidak bebas untuk melaksanakan atau menolak perintah itu, tetapi
sudah ditentukan dengan pasti oleh hukum Allah. Misalnya, matahari, udara, atau
air tidak bisa menolak apa yang dikehendaki manusia. Allah menunjukkan kepada
manusia kekuatan dan kodrat-Nya, bahwa yang kuat harus mengabdi kepada yang
lemah.
Setelah manusia sadar, Allah
mengajaknya untuk taat, patuh, dan mengabdi kepada-Nya dengan kemauan dan kesadarannya
sendiri. Allah menyeru kepada manusia agar mencintainya sebagaimana la
mencintai manusia, tanpa paksaan dan tekanan apa pun. Berbeda, patuh, dan taat
yang didasari rasa cinta dengan yang dipaksakan. Mungkin seseorang bisa
memaksakan orang lain untuk sujud kepadanya, tetapi dia tidak bisa memaksakan
cintanya. Suatu bukti bahwa manusia cinta kepada Allah, ia akan memilih berada
di sisi-Nya dan beriman kepada-Nya, meskipun ia bisa menolak keimanan itu.
Manusia memang patut menjadi pemimpin
dari seluruh makhluk. Dan seluruh makhluk mengabdi kepadanya dan berbuat untuk
kepentingannya dengan kekuatan dan paksaan dari Allah. Sebab manusia mengabdi
kepada pencipta-Nya yang Maha Pengasih dan Penyayang dengan rela hati dan
didasari cinta.
. . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . .
. . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . .
Sumber Pustaka:
Sya’rawi,
Muhammad Mutawai. 2007. Anda Bertanya Islam Menjawab.
Diterjemahkan Oleh: Abu Abdillah Almansyur. Jakarta. Gema Insani
. . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . .
Advertisement