Teman saya pernah cerita, suatu hari syaikh Prof. Dr.
Abdurrazzaq Al Badr membacakan nama-nama mahasiswa untuk absensi. Tiba-tiba
beliau mendapati satu nama yang menurutnya aneh. Beliupun tertawa kecil karena
nama itu. Teman-teman yang hadirpun ikut tertawa kecil. Qaddarullah pemilik
nama itu tidak hadir saat itu.
Keesokan harinya pemilik nama itu hadir, Syaikh mengeluarkan beberapa kitab dan memberikan kitab tersebut padanya sembari berkata, "Ini hadiah sekaligus permohonan maaf saya padamu karena kemarin telah menggibahimu,"
Sepintas seolah tak ada yang perlu dimintakan maaf, apa yang salah dari sebuah tawa kecil untuk satu hal yang memang mengundang tawa. Tapi orang besar selalu melihat dari sisi lain yang luput dari penglihatan kita.
Seorang Sahabat Radhiallahu anhu pernah berkata, "Dulu kami menganggap sesuatu yang kalian anggap biasa itubsebagai dosa yang membinasakan"
Semoga kita dapat mengambil pelajaran.
Assunnah Cirebon 26 Syawwal 1435 H
Sumber: Group: Whatsapp
Note: Terkadang kita menertawakan seseorang karena kekurangannya
tanpa kita pikirkan hati serta perasaan orang yang ditertawakan. Dewasa ini hal
semacam itu telah dianggap biasa oleh masyarakat pada umumnya padahal kita
tidak akan bisa masuk surga dengan mudah
tanpa mendapatkan maaf dari orang yang telah kita sakiti dan tanpa ampunan dari
Allah.. J
Advertisement