Wanita Berperang
Pertanyaan:
Apakah
boleh wanita ikut berperang di jalan Allah?
Jawab:
Dalam
peperangan pasti jatuh korban. Apakah gugur atau luka. Di sinilah perlunya
peranan wanita. Ia diperlukan untuk membantu, menolong, mengobati, atau merawat
para korban. Pada saat darah korban mengalir, anggota tubuh terputus, tidak
akan ada waktu untuk memikirkan seks.
Setiap
peperangan yang dilakukan Rasulullah (ghozwah) pasti beliau
mengikutsertakan wanita. Ketika terjadi Perang Khaibar, seorang wanita
bernama Sayyidah Umayah binti Qais bin Abissalt al-Qhaffariyah menderita
luka berat. Atas kejadian itu, Rasulullah memberi kalung kepahlawanan
untuk Umayah.Kalung itu dipakainya terus-menerus seumur hidup. Ketika Umayah
akan wafat, ia berwasiat agar kalungnya dikubur bersamanya.
Ada
dua tempat percampuran laki-laki dan perempuan. Pertama dalam melakukan ibadah
haji dan kedua dalam peperangan.
Pada
waktu melakukan ibadah haji, manusia mengingat dosa-dosanya yang telah lewat.
Saya kira tidak ada orang berpikir atau berniat untuk berbuat dosa baru.
Juga
pada saat pertempuran di medan perang, lingkungan yang diliputi oleh luka,
darah, tulang, dan tubuh terpotong, hati yang berdebar dan cemas, apa masih
terpikir soal-soal seks?
Sumber
Pustaka:
Sya’rawi,
Muhammad Mutawai. 2007. Anda Bertanya Islam Menjawab.
Diterjemahkan Oleh: Abu Abdillah Almansyur. Jakarta. Gema Insani
Advertisement