"ATAUKAH
MEREKA DENGKI PADA MANUSIA ATAS APA YANG ALLAH KARUNIAKAN KEPADANYA?"
Kedengkian (hasad) itu seperti
makanan asin yang senantiasa merapuhkan tulang. Hasad itu juga seperti
penyakit kronis yang selalu menggerogoti tubuh pelan-pelan hingga rusak dan
membusuk. Ada ungkapan: "Tak ada yang menyenangkan dari seorang pendengki,
karena ia akan selalu menjadi musuh dalam selimut". Ada pula orang-orang
yang berkata seperti ini: "Celaka benar seorang pendengki; memulai dengan persahabatan
dan mengakhiri dengan pembunuhan."
Saya berusaha mencegah diri pribadi
saya dan juga Anda agar tidak mengidap penyakit dengki. Ini merupakan wujud
kasih sayang saya terhadap diri saya sendiri dan terhadap Anda sebelum dapat
mencurahkan kasih sayang kepada orang lain. Bagaimanapun, dengan dengki
terhadap orang lain, kita sama halnya dengan memberi makan kegalauan kepada
dagingdaging kita, memberi minum kegelisahan kepada darah kita, dan menebarkan
rasa kantuk pelupuk mata kita kepada orang lain.
Seorang pendengki, ibarat orang yang
menyalakan pemanggang roti, lalu setelah panas ia menceburkan dirinya sendiri
ke dalam pemanggang itu. Keresahan, kecemasan dan kegelisahan hidup merupakan
penyakitpenyakit yang dllahirkan oleh sifat dengki untuk mengakhiri
ketentraman, kesejahteraan, dan kebahagiaan hidup. Bencana besar yang menimpa
seorang pendengki adalah dikarenakan ia selalu melawan qadha' (ketentuan
Allah), menuduh Allah tidak adil dalam kebijakan-Nya, melecehkan syariat, dan
selalu menyeleweng dari ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah.
Sungguh, kedengkian itu merupakan
penyakit yang tidak bakal mendatangkan pahala, dan juga bukan cobaan yang akan
mendatangkan balasan baik dari Allah bagi para pelakunya. Seorang pendengki
akan selalu panas ketika melihat orang lain mendapatkan kenikmatan dan
kelebihan.
Dan itu akan berlanjut sampai ia mati,
atau kadang sampai kenikmatan orang lain tadi sudah tidak ada lagi.
Semua orang boleh diajak bersahabat,
kecuali seorang pendengki. Sebab, seorang pendengki akan selalu membawa kita
agar menyepelekan nikmat-nikmat Allah, menanggalkan semua kepribadian baik
kita, melepaskan ciri kehormatan kita, dan meninggalkan semua sejarah baik kita.
Itulah hahhal yang akan membuat seorang pendengki menerima — meski mungkin
dengan berat hati — Anda sebagai sahabatnya. Akan tetapi, bukankah kita harus
berlindung kepada Allah dari kejahatan seorang pendengki ketika mendengki?
Betapapun, seorang pendengki itu tetap seperti ular hitam berbisa yang tidak
akan pernah diam sebelum menyemburkan bisanya pada tubuh yang tak berdosa.
Sungguh, saya peringatkan Anda agar
jangan sekali-kali mencoba untuk memiliki rasa dengki. Berlindunglah kepada
Allah agar tidak bergaul dengan seorang pendengki, karena Dia-lah yang selalu
mengawasi Anda!
Dikutip dari buku La Tahzan, jangan bersedih.
Karya 'Aidh al-Qarni halaman 30-31 Qisthi Press, 2004.
Yuk Miliki buku La Tahzan Karya ‘Aidh al-Qarni,
sangat bermanfaat untuk menata diri menjadi lebih
baik J
Advertisement