Rahmatan lil’alamiin
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam. (QS. Al Anbiyaa':107)
"Ah
saya mah, sudah bisa ngasih makan anak sama istri sudah cukup. Saya tidak akan
muluk-muluk."
"Saya
hanya ingin bermanfaat bagi orang lain."
Coba
bandingkan dua kalimat di atas. Mana yang lebih baik? Jika Anda memilih kalimat
yang kedua, sepakat dengan saya.
Bagaimana
dengan contoh kalimat yang pertama? Menurut saya banyak sekali. Sebagai ciri
orang-orang yang seperti ini ialah orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri.
Ciri lain ialah orang yang cepat puas dengan hasil yang dia peroleh, karena
sudah mencukupi untuk diri serta keluarganya. Padahal masih banyak orang-orang
yang membutuhkan bantuan kita. Pengemis, gelandangan, anak-anak jalanan,
anak-anak yatim piatu, anak-anak berandal, dan sebagainya. Jika kita sudah
cukup, kenapa kita tidak berpikir untuk mencukupi mereka?
Semua
terserah Anda, kalimat mana yang akan Anda pilih. Pemilihan kata-kata itu
merupakan pencitraan pada diri Anda sendiri, apakah Anda orang yang egois yang
hanya mementingkan diri sendiri atau orang yang peduli dengan sesama, yang
menjalankan peran Anda sebagai seorang Muslim yaitu rahmatan lil 'alamin.
Jangan
karena kita sudah bisa memenuhi kebutuhan kita, lalu kita berhenti meraih
sukses yang lebih tinggi lagi. Sebab, kita ini diutus menjadi rahmatan lil’alamiin,
bukan saja rahmat untuk diri sendiri dan keluarga. Jika sudah sukses pun tidak
ada alasan untuk tidak meraih sukses berikutnya, apa lagi jika kita masih
merasa belum sukses.
Kutipan dari free e-book;
Merenungi Ayat-ayat
Inspirator Vol 1 hlm 29-30
oleh: Rahmat ST
motivasi-islami.com
Advertisement