-->

Asal Muasal Datangnya Kecantikan Kita

Asal Muasal Datangnya Kecantikan Kita
Asal Muasal Datangnya Kecantikan Kita


Jika mendengar kata “Berhias” (terutama kalangan wanita) mungkin yang terlintas dalam benak kita adalah bedak, parfume, lipstik dan debagainya. Ternyata dan ternyata berhias itu merupakan salah satu bagian dari nikmat Allah kepada kita sebagai hambaNYA. Fitrah sehat manusia, menuntut mereka agar selalu merawat dirinya, berpenampilan menarik di hadapan orang lain, sehingga dia lebih dihargai. Allah memuliakan perhiasan di tangan manusia, dengan Allah sebut ’zinatullah’. Untuk meyakinkan bahwa Dialah yang menciptakan perhiasan ini dan menghalalkannya untuk para hamba-Nya. Karena itulah, Allah menghina orang-orang musyrik yang tidak mau memakai baju ketika thawaf, dengan alasan ibadah.

Berbicara tentang berhias bukan semata-mata untuk mempercantik diri dihadapan manusia lain atau untuk membangga-banggakan betapa cantik atau menariknya seorang tersebut. Tapi semata-mata untuk menjaga apa-apa yang telah diberikan oleh Allah swt kepada kita.
Batin kita selalu akan menjadi lebih penting dari pada lahiriah kita. Semua orang sepakat itu. Apa artinya orang yang senantiasa hanya memperhatikan lahir, tapi tidak peduli dengan batinnya. Karena batin kita akan ikut membentuk pribadi lahir kita.

Karena itulah, ketika Allah mengatakan tentang nikmat pakaian sebagai perhiasan, Allah juga mengingatkan akan pentingnya menghiasi hati dengan taqwa yang lebih indah daripada pakaian dan perhiasan lahir. Kita bisa menjamin, orang yang memiliki pakaian taqwa, hatinya sudah dipenuhi dengan ketaqwaan, maka dia akan senantiasa pula memperhatikan pakaian luar, agar tidak mengundang murka Tuhannya.

Berhias itu akan merupakan sebuah ibadah terlebih bagi para wanita yang Allah ciptakan sebagai pasangan lelaki kaum Adam, fitrah berhias berperan penting dalam hidupnya. Jika berhias itu dilakukan untuk suaminya maka hal tersebut bisa mengendalikan kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga mereka. Hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan wanita tersebut sebagai wanita terbaik, ketika wanita atau sang istri  tersebut bisa membuat hati suaminya menjadi senang.
Dari Abu Hurairahradhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi  wasallam ditanya, ’wahai Rasulullah, wanita seperti apakah yang paling baik?’
Maka Rosulullah saw menjawab...
 “seorang istri yang  apabila dilihat oleh suaminya ia terlihat menyenangkan, ia mentaati suaminya jika diperintah, tidak melakukan hal-hal yang akan membuat suaminya marah kepadanya, juga tidak membuat suaminya benci dengan membelanjakan hartanya.” (HR. Ahmad )


Advertisement