Ingatlah hari ketika ayahmu dibunuh
atas nama terorisme
Pagi yang cerah, dan kau
bermain-main di depan rumah.
hingga tiba
ketukan-ketukan sepatu mereka
yang menyorongkan ketakutan
dan kau berlari menghampiri ibumu
yang pias..
Tapi tidak !
Mereka tak mencari kalian
Mereka mencari ayahmu.
***
Kau lihat laki-laki perkasa yang
kau sebut ayah...
yang mereka seret tanpa nurani
kemanusiaan
sementara nurani kemanusiaan
adalah pakaian yang melekati putihnya hatimu
Jiwa kecil yang lemah.
Kau menangis.!
tapi mereka bungkam tangismu
dengan laras-laras bedil yang kaku
***
Dan lihatlah,
Detik itu, ketika laki-laki
perkasa yang kau sebut ayah...
tak kan pernah lagi sanggup
membuka mata.
Hingga dendam mulai membara,
mengekalkan kalbumu beku
dan kebencian menguasai sel-sel
kelabu.
Ingatlah
hari ketika ayahmu dibunuh
atas nama terorisme
Oleh: Kabul Astuti
Inti dari puisi ini sederhana sekali. Hanya
ingin menyoroti tentang upaya penanganan terorisme yang dilakukan dengan cara
kekerasan dan melanggar HAM. Bukannya menyelesaikan masalah, tapi justru
menimbulkan benih-benih masalah baru. Hal itu menyebabkan masalah terorisme ini
tak akan berkesudahan
Advertisement