Aku teringat dan Ingin sekali
ku bacakan sebuah firman persaudaraan untuk saudara saudara terbaikku yang ku
cintai karna allah.
Ketika ku baca firmannya,
" sungguh setiap mukmin itu bersaudara "
aku merasa kadang ukhhuwah
tak perlu dirisaukan
tak perlu, karena ia adalah
akibat dari iman
aku ingat pertemuan pertama
kita,
dalam dua detik, ya dua detik
saja
aku telah merasakan
perkenalan, bahkan kedekatan
itulah ruh ruh kita yang
saling sapa, berpeluk mesra
dengan iman yang menyala, dengan
mufakat
meski lisan belum saling
sebut nama, dan tangan pun belum berjabat
ya, kubaca lagi firmannya,
" sungguh setiap mukmin itu bersaudara "
aku makin tau persaudaraan
itu tak perlu dirisaukan
karena saat ikatan melemah,
saat keakraban kita rapuh
saat salam terasa
menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan
saat pemberian bagai bara
api, saat kebaikan justru melukai
aku tahu yang rombeng bukan
ukhuwah kita
hanya iman iman kita yang
sedang sakit atau mengerdil
mungkin dua duanya mungkin
kau saja
tentu lebih sering, imanku
lah yang compang camping
dan ku baca lagi firman
persaudaraan itu kawanku tersayang
dan aku makin tahu mengapa
dikala lain diancam,
"para kekasih pada hari
itu sebagian menjadi musuh sebagian yang lain,
kecuali orang orang yang
bertaqwa
Salim A. Fillah, " Dalam
Dekapan Ukhuwah "
Saudaraku,
aku ingin seperti urwah bin zubair seorang fuqoha madinah yang berkata dikala
sakit yang dideritanya, " ya Allah terima kasih engkau telah mengambil
salah satu bagian dari tubuhku agar aku jauh dari maksiat ". Sebuah
perkataan yang luar biasa yang terucap dari mulut beliau di mana ALLAH SWT saat
itu mengambil kaki urwah karena kalau tidak diambil penyakit yang dideritanya
akan menyebar ke bagian tubuh yang lain. Pun ketika proses pemotongan kakinya,
Ulama Besar Madinah ini menolak untuk untuk disuntikkan obat bius. Jawabnya pun
singkat, " Aku percaya dengan keagungan Allah, mulailah kalian memotong
kakiku dikala mulutku mulai berdzikir '', Ucapnya.
Saudaraku
aku ingin seperti abu bakar yang berkata kepada kerabat dekatnya, " laa
tansanaa min du'aa ikum ", jangan lupakan aku di dalam do'a kalian.
Perkataan yang membuat orang orang di sekelilingnya menangis, tertegun kaku
karena kebijaksanaan ucapannya.
Saudaraku
aku ingin seperti Umar bin Khottob, seorang yang humoris yang kemudin suatu
ketika nabi berkata padanya, " Wahai Umar, engkau sahaja dengan candamu
maka candailah aku sesukamu ", Dan umar pun tersenyum.
Saudaraku
aku ingin seperti Usamah bin Zaid, di usia yang muda masuk dalam jajaran
panglima perang terhebat setelah ayahnya zaid bin haritsah syahid di medan
perang dan setelah kholid bin walid menyuruh usamah menjadi pendampingnya.
Beliau tidak pernah mengeluh sampai sampai ketika anak panah menancap di
dadanya pun tidak tahu.
**
Saudaraku
sungguh setiap mukmin itu bersaudara. Maafkanku saudara ku jika aku tidak bisa
menjadi saudara yang baik untukmu. Tidak bisa menjadi shahabat yang baik
layaknya Abu Tholhah dengan Zubair Bin Awwam yang selalu bersama dalam
barisan terdepan perang, tak sempurna layaknya sang guru imam Syafi'i terhadap
muridnya Imam Ahmad.
Saudaraku
ya memang ukhuwah itu tidak usah dirisaukan, memang.. karena ia adalah akibat
dari iman. Afwan saudaraku sering kali imanku yang rombeng imankulah yang compang
camping melupakan kalian di dalam do'aku mengabaikan kalian di setiap
aktifitasku. Padahal jelas rosullullah berkata iman itu, " Dimana kita
mengingat saudara kita dsetiap lantunan doa yang kita panjatkan ".
Saudaraku
aku tidak mau kelak saat datang masanya nanti, ketika amal dihisab dan manusia
tidak bisa berbuat apa-apa, aku menjadi musuh kalian begitu pula pula kalian
menjadi musuhku.
Saudaraku
ingatkanlah aku disaat aku lupa, tegurlah aku dikala aku lalai menjalankan
kewajiban pukul lah aku saat syari'at itu ku langgar.
**
Tertulis
pada sepucuk surat itu.. Ketika seoranng teman mengirimkan sebuah pesan padaku.
" KAMU TIDAK SENDIRI ADA
KAMI... KARENA KITA SAUDARA "
Kalimat
yang simpel tapi bagiku ini adalah sebuah hentakan iman yang menusuk. Terharu
bercampur aduk rasanya aku bingung mau berkata apa dan aku pun terdiam. Apakah
ini teguran terhadapku ?? apakah ini bukti lemahnya imanku hingga aku melupakan
kalian ??
YA
akhirnya aku mendpatkan jawaban itu, ketika ku baca firmannya lagi ya setiap
mukmin adalah saudara saling mengingatkan dikala lupa saling sapa saat bertemu
saling rindu di saat jarak yg menggangu dan saling membantu ketika susah datang
bagai hantu. Itulah yang aku sadari saudaraku ternyata imanku sedang lemah.
iman adalah mata yang terbuka
mendahului datangnya cahaya
tapi jika terlalu silau, pejamkan saja
lalu rasakan hangatnya keajaiban
Teruntuk
saydaraku.. Terima kasih, kalian telah mengingatkanku. Kalian telah menbantuku
jauh dari cukup. Afwan kalau selama ini aku banyak menyembunyikan sesuatu. Di
sisi lain aku ingin kuat menghadapi semua ini dan di sisi lain pula aku tidak
ingin merepotkan kalian.
Terima
kasih saudaraku kalian mengajarkanku indahnya berbagi kalian menyadarkanku
bahwa aku tidak sendiri di sini aku tidak sendiri dan aku pun sadar betul bahwa
aku tidak akan pernah sendiri.
Dalam
do'aku, " ya allah semoga engkau
berikan ganjaran terbaik untuk saudara terbaik yang aku cintai ini karenaMu,
pertemukanlah kami kelak dalam kondisi dimana kami saling menyaksikan kebaikan
satu sama yang lain dan jadikanlah kami penghuni MAKAN terbaikMU ". amin
Jazzakumulloh
Khoiron atas apa yang membersamai surat itu saudaraku. Terlebih bukan itu tapi
makna dari itu semua Jauh lebih penting. Aku yakin suatu saat nanti waktulah
yang menjawab ukhuwah kita, waktu lah yang berkata bahwa sungguh ukhuwah itu
indah dan waktu pula yang menentukan kadar dari iman itu.
Bukan hanya sungguh ukhuwah itu indah tetapi yang terlebih penting
"KARENA KITA SAUDARA".
#aku sangat bersyukur dipertemukan
dan dikenalkan oleh ALLAH dengan kalian. Semoga pertemuan kita menjadi saksi
persaudaraan yang takkan pernah putus.
Jangan pernah bosan untuk
saling mengingatkan sudaraku ^_^
Kalau bukan kalian yang
mengingatkan lantas siapa lagi?
Uhibbukum fillah, aku cinta
kalian karena ALLAH
@santren, kamar kos tercinta
10 April 2012 07.12 a.m
Oleh: Muhammad Abdul Majid
Ketua Forum
Keluarga Jama’ah Shalahuddin UGM 2011
Advertisement