Agar Kita Selamat Dalam Perjalanan
Mana yang kita pilih
seandainya kita boleh memilih, antara berjalan di jalan yang tak berduri atau
berjalan di jalan yang berduri. Tentunya kita akan memilih jalan yang tak
berduri. Karena kita akan lancar tak menemui aral dalam menempuh tujuan
perjalanan kita.
Tetapi sayang kita tidak
bisa memilih. Jalan yang kita lewati itu hanya ada satu pilihan yaitu jalan
yang berduri. Kita dituntut bersungguh-sungguh untuk berhati-hati dalam
melewati jalan itu. Jangan sampai ketika kita melewati jalan itu kita terkena
duri yang ada. Kita harus mengetahui seperti apa duri-duri itu, tabiat dari duri
itu, supaya kita bisa mudah menghindarinya. Dan ketika kita terkena duri itu
kita tahu cara mengobatinya. Dengan cara apa supaya kita tidak lagi terkena
duri itu dalam perjalanan berikutnya. Supaya perjalanan kita bisa sampai ke
tujuan dengan selamat.
Ketahuilah duri-duri itu
adalah godaan-godaan syetan yang memiliki tabiat senantiasa mengajak kita
selalu untuk berbuat maksiat kepada Allah SWT. Bacalah do’a minimal ta’awudz
”A’udzubillaahi minasysyaithaanirrajiim” (aku berlindung kepada Allah dari godaan
syetan yang terkutuk) memohon kepada Allah SWT untuk dilindungi dari godaan
syetan, dan berusahalah untuk tidak terbujuk olehnya.
Tetapi terkadang sering
sekali kita lengah dari godaannya. Kita terlena dalam rayuannya, yang akhirnya
duri itu terinjak oleh kita. Duri itu memang tak membuat rasa sakit pada diri
kita, tetapi kelak ketika kita sampai pada akhir perjalanan kita, setelah itu
barulah duri itu akan sangat terasa pedih.
Sadarilah dan
bersegeralah memohon ampun bertaubat kepada Allah SWT untuk mengobatinya,
jangan dibiarkan duri itu terus melekat pada diri kita. Selain itu yang
tepenting adalah nikmat iman dan taqwa yang ada dalam diri kita haruslah terus
terpelihara, karena dengan cara inilah kita bisa benar dalam menghindari
duri-duri yang ada. Dengan bekal iman dan taqwa itu kita akan selamat dalam
mengarungi jalan kehidupan di dunia yang fana ini. Kehidupan yang bagaikan
jalan yang berduri, kita harus berusaha keras dan bersungguh-sungguh untuk
berhati-hati dalam melewatinya. Seperti dalam dialog tentang taqwa antara
sahabat Umar bin Khattab ra. dengan Ubay bin Ka’ab.
Umar bin Khattab ra.
bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang taqwa, lalu ia bertanya kepadanya:
”Apakah kamu pernah menempuh jalan berduri?”, Umar menjawab: “Pernah”. Ubay bin
Ka’ab bertanya: “Apa yang kamu lakukan?”, Umar menjawab: “Aku berusaha keras
dan bersungguh-sungguh”. Ubay bin Ka’ab berkata: “Itulah taqwa”.
Dari dialog tersebut
Sayyid Qutb dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an berkata: ”Itulah taqwa, kepekaan
hati nurani, kebeningan perasaan, rasa takut yang terus-menerus, kehati-hatian
yang langgeng, dan kewaspadaan terhadap duri-duri jalan…” (Tafsir Fi Zhilalil
Qur’an, Rabbani Press Buku 1 Hal.65)
Perjalanan yang sedang
kita lalui ini memang harus melalui jalan yang berduri. Sebagai ujian keimanan
dan ketaqwaan bagi kita. Bahkan para nabi dan rasul pun melewati jalan yang
berduri itu. Hanya dengan bekal keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT kita
akan selamat dalam perjalanan. Karena dengan taqwa kita akan diberikan oleh
Allah SWT Furqan, yang dengan itu kita akan dapat membedakan mana yang haq dan
mana yang bathil, mana duri-duri jalan dan mana yang bukan. Karenanya kita akan
waspada berhati-hati dalam melewatinya.
“Hai orang-orang
beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu
Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan
mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Qs.
Al-Anfaal:29)
Dengan taqwa itu juga
Allah SWT akan menjadikan untuk kita cahaya, yang dengan cahaya itu dapat
membantu kita melihat duri-duri jalan, jangan sampai kita terkena dan
menginjaknya.
“Hai orang-orang yang
beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada
Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan
menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia
mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs.
Al-Hadiid:28)
Tentunya agar kita
selamat dalam perjalanan menuju ke tempat hidup kita yang abadi, tidak ada
pilihan selain beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Mulailah untuk memeihara
iman dan taqwa itu agar lestari sampai datang hari yang pasti, hari dimana
perjalanan kita akan berakhir.
Wallahu a’lam
bishshawab...
Sumber: Klik Di Sini
Advertisement