Oleh: Indah
Az Zahra
~Jika
suatu saat nanti kau jadi ibu.. Jadilah seperti Nuwair binti Malik (Radhiyallahu 'Anha) yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya..
Saat itu
sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun.. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.
Rasulullah
(Shalallahu 'Alayhi wa-Aalihi wa-Sallam) tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih. Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah (Shalallahu 'Alayhi wa-Aalihi wa-Sallam) dengan potensinya yang lain..
Tak lama
kemudian ia diterima Rasulullah (Shalallahu 'Alayhi wa-Aalihi wa-Sallam) karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an..
Beberapa
tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris pencatat wahyu.. Karena itu, namanya akrab di telinga kita hingga kini:
Zaid bin
Tsabit (Radhiyallahu 'Anhu)..
☆☆☆
~Jika
suatu saat nanti kau jadi ibu.. jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah (Rahimahallah) yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah..
Keteladanan
dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu..
Kelak,
ia tumbuh menjadi jajaran Ulama Hadits dan Imam Madzhab. Ia tidak lain adalah
Imam
Ahmad bin Hanbal (Rahimahullah)
☆☆☆
~Jika
suatu saat nanti kau jadi ibu.. Jadilah ibu yang terus mendoakan
anaknya . Seperti Ummu Habibah (Rahimahallah).
anaknya . Seperti Ummu Habibah (Rahimahallah).
Sejak
anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya.. Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya,
“Ya
Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaan-Mu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu.. Oleh karena itu aku bermohon kepada- Mu ya Allah, permudahlah urusannya.. Peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin!”..
Doa-doa
itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya:
Imam
Syafi’i (Rahimahullah)
☆☆☆
~Jika
suatu saat nanti kau jadi ibu.. Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya 'Abdurrahman..
Sejak
kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi Imam Masjidil Haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untukmencapai cita-cita itu..
“Wahai
Abdurrahman, sungguh- sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram”, katanya memotivasi sang anak..
“Wahai
Abdurrahman, sungguh- sungguhlah, kamu adalah imam Masjidil Haram…”,
Sang Ibu
tak bosan-bosannya mengingatkan.. Hingga akhirnya 'Abdurrahman benar- benar menjadi Imam Masjidil Haram dan termasuk deretan Ulama berkelas dunia yang disegani.. Kita
pasti sering mendengar Murattal- nya
diputar di Indonesia, karena setelah
menjadi ulama, anak itu terkenal
dengan nama:
'Abdurrahman
As-Sudais (Hafidzahullahu ta'ala)
☆☆☆
~ Jika
suatu saat nanti kau jadi ibu. Jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses.. Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu.
Seperti
ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu.. Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri. Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor .
Bukan hanya doktor, bahkan doctor terkemuka di dunia.. Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999,
Bukan hanya doktor, bahkan doctor terkemuka di dunia.. Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999,
Dr.
Ahmad Zewail (Hafidzahullahu ta'ala)
***
Maa syaa
Allah,
Semoga
semua wanita muslim bisa membesarkanmu anak-anak seperti mereka....
Amiin…
Sumber: Whatsapp
Advertisement