Menjadi Orangtua Yang Lebih Bijak
Resensi
Talkshow Parenting;
“Refleksi Hijrah : Menjadi Orangtua yang Lebih
Bijak” Oleh bapak Irwan Rinaldi (Pakar ke-Ayah-an)
Jum’at,
01 November 2013. Masjid Agung Al Hikmah Tanjungpinang.
Ada beberapa poin penting yang beliau bahas pada pertemuan itu:
✔Jadilah
suami istri yang kompak dalam menjalankan tugas menjadi orangtua. Bukan aliran
Sumatra atau Jawa yang kita pakai dalam menjalankan fungsi sebagai orangtua,
jadikanlah Islam sebagai gaya hidup dan panduan
✔Perhatikan
dua waktu penting anak. Saat bangun tidur dan hendak tidur. Pastikan yang
keluar dari lisan kita adalah kalimat thoyyibah. Bisa bacaan Al Qur’an, asmaul
husna, atau kisah tentang Rasul dan para sahabat. Buka dan tutup hari anak
dengan Allah dan RasulNya Hasil penelitian mengatakan (silahkan dicari,
pembicara menyebutkan hanya saya tidak mencatat), pada saat usia 0-3 tahun,
anak2 mampu mengingat hingga 1500 kata, bayangkan kalau ini dikonversikan ke
kalimatullah, Al-Qur’an.. Usia 0-10 tahun, ada juga yang mengatakan 0-15 tahun
adalah masa-masa paling hebat ! Maka tanamkan pada anak nilai-nilai baik!
Anak-anak usia ini begitu peka dengan apa yang didengarnya. Ia akan mengingat
apa yang didengarnya itu hingga 10 tahun lamanya. Maka, sebelum anak tidur
lelap, yaitu tidur dangkal, tanyakan padanya, apa yang paling berkesan baginya
pada hari itu. Biasanya orang akan mengingat kalau tidak hal yang paling baik,
pasti hal yang paling buruk. Bila misalnya, ia mengatakan, “tadi adek lempar
kucing pakai batu.” Maka kita harus segera mengganti memorinya itu dengan
kata-kata, “Allah dan RasulNya suka pada anak yang sayang pada binatang, besok
tidak diulangi lagi ya dek.” Maka ketika kita mengatakan hal itu, maka memori
jelek tergantikan dengan memori baik dan ini akan ia ingat 10 tahun ke depan.
Bila yang dia sampaikan adalah suatu hal yang baik, maka sokong dan kuatkan
dengan mengatakan, “wah, hebat anak Bunda, Allah dan RasulNya pasti sayang sama
adek.” Maka keesokannya ia akan cenderung mengulang perilaku baik tersebut.
Begitulah pentingnya dua waktu ini, di jaga ya yah, bun
Oh ya, tidak hanya ketika dua waktu itu,termasuk ketika anak
menyusui, ajaklah ia berkomunikasi dengan kata-kata yang baik, gagetnya
disimpen dulu ya Bun 📵.
✔Guru mengajarkan anak kita
untuk bisa shalat, mengaji, puasa dan hal baik lainnya. Tapi belum tentu mereka
membuat anak kita cinta shalat, mengaji dan puasa. Kitalah yang bisa
melakukannya, insyaAllah. Sebuah kisah, tentang seorang ayah yang shalat
berjama’ah dengan anaknya di rumah. Lalu saat membaca al Fatihah, si ayah menangis.
Usai shalat, si anak bertanya, “kenapa Ayah menangis pas baca al Fatihah tadi?”
sang ayah menjawab, “iya nak, kalimat Ar Rahman itu sungguh berat, ayah
teringat dengan Abu Bakar, sahabat Rasulullah saw yang tersedu-sedu ketika
mengucapkan kalimat itu, pegang air mata ayah ini nak, ayah rindu dengan
Rasul....”
Bagaimana
anak tak cinta shalat, mengaji, kalau ayah dan bundanya senantiasa berekspresi
cinta ketika shalat dan mengaji
✔Saat istri hamil tua,
rajin-rajinlah suami mengelus perut istri (maaf, kulit bertemu kulit) sambil
membacakan al Qur’an dan kalimat-kalimat thoyyibah. Bila sejak dalam kandungan
anak sudah terbiasa mendengar bacaan Al Qur’an, maka kelak ketika ia lahir,
tumbuh, dan berkembang, dan ia mendengar al Qur’an, ia tidak akan merasa asing
lagi dan cenderung cepat menghafalkannya.
✔Saat
ini anak-anak banyak yang bersikap kebanci-bancian, bukan fisiknya, tapi
mentalnya Misal : Penakut. Ini disebabkan karena mereka kehilangan sosok ayah
di tiga tempat : rumah, masjid, dan sekolah. Maka mari ayah, hadirlah
sepenuhnya dalam hidup anak-anakmu
Orangtua
cenderung untuk mati-matian berjuang ketika anak-anaknya mau ikut UN, masuk
kuliah, tapi lupa dengan pendidikan pada usia awal mereka. Padahal pendidikan
di usia awal itulah penentu sikap dan laku anak di usia dewasanya.
Tentu,
banyak hal yang belum tertulis di sini. Semoga yang di atas cukup mewakili apa
yang disampaikan oleh Pak Irwan.
Sebagai
penutup, beliau mengajak semua orangtua yang hadir, “mari kita menjadi orangtua
baru bagi anak-anak kita, orangtua yang tidak asal-asalan dalam menjalankan
tugasnya sebagai orangtua. ingat, anak adalah aset kita, Teruslah belajar!”
-Siti
Maulina-
Sumber:
Group Whatssapp
Advertisement