"Sesungguhnya orang mukmin itu memandang dosa-dosanya
seakan-akan dia berdiri di kaki gunung. Ia takut gunung itu akan menimpa
dirinya. Sementara orang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang
hinggap di atas hidungnya, yang dengan begini saja (sambil menepiskan tangan),
maka dengan mudah lalat akan terbang". [HR. Bukhari Muslim].
Masya Allah. Ini perumpamaan yang mengerikan. Kalau kejatuhan
benda-benda lain mungkin masih ada peluang terselamatkan,
tapi bagaimana bisa selamat bila yang menimpa kita adalah gunung yang tinggi?
Dosa-dosa kita ini sangatlah banyak. Menumpuk setinggi gunung.
Seseorang bisa tampak sangat hebat di depan orang lain, seolah tanpa cela,
sesungguhnyalah bukan karena kehebatannya. Tapi semata-mata karena Allah telah
menutup rapat aibnya.
Dan setiap dari kita pasti tahu, bahwa kita tidaklah sehebat
yang dikira banyak orang. Kita bahkan pantas malu, karena terlalu banyak aib
yang telah kita lakukan, sejak dulu.
Baguslah Allah menutup aib itu, sehingga yang tahu hanya kita
sendiri dengan Dia Yang Maha Tahu. Dan karenanya kita masih bisa berjalan di
muka bumi ini dengan kepala tegak, tanpa harus menunduk malu.
Dosa ini sudah setinggi gunung. Janganlah menambah-nambah
ketinggiannya, dengan melakukan maksiat baru, terus menerus.
Sebaliknya, jadikan kesempatan baik hidup ini, di usia yang
masih tersisa, untuk memperbanyak amal shalih. Dan salah satu amalan yang insya
Allah menjanjikan kebaikan dan pahala berlipat-lipat adalah berjuang di jalan
dakwah.
Jadi, bersyukurlah wahai para pengemban dakwah. Anda sudah berada
di jalur yang tepat. Buang jauh kemalasan. Bersemangatlah.
"Wa'bud rabbaka, hatta yaktiyakal yaqin".
Sumber: Facebook
Advertisement