Pertanyaan:
Apa
hikmah diwajibkan-Nya shalat Jumat?
Jawab:
Hikmahnya
agar kesetiaan para jamaah kepada Allah berlangsung selamanya. Kesetiaan
perorangan (pribadi) terjadi dalam shalat fardhu yang dikerjakan lima kali
dalam sehari. Allah menghendaki agar diadakan suatu pernyataan kesetiaan secara
bersama yang dilangsungkan sekali seminggu. Sebab, jika tidak ada kesetiaan
berjamaah (bermasyarakat) dapat menimbulkan keangkuhan dan kesombongan pribadi.
Seolaholah Allah mengimbau, "Aku ingin kalian berkumpul bersama dan
menyatakan kesetiaan, ” sehingga bila yang lemah melihat
yang kuat ruku
dan sujud bersama, ia berbesar hati mengetahui bahwa di hadapan Allah seluruh
manusia adalah sama dan sederajat.
Oleh
sebab itu, Allah swt. mewajibkan pertemuan besar sekali dalam seminggu
dimaksudkan untuk menghilangkan sifat sombong yang membahayakan masyarakat.
Sebab angkuh dan sombong adalah penyakit nafsu yang sangat berbahaya.
Dalam
shalat m< mbaca surah al-Faatihah, "Iyyaka na'budu wai iyyaka
nastain, ” artinya, "Hanya Engkaulah yang kami sernbah dan
hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan" Kemudian "Ihdinas
siratai mustaqim, ” ar tiny a, "Pimpinlah kami kejalan yang lurus. "Ucapan
"kami" artinya "Saya dan orang lain."
Jika
tiap orang dalam masjid memohon doa dengan "kami" dan bukan
"aku", itu berarti bahwa doa yang saya ucapkan adalah untuk saya dan
mereka semua. Begitu pula yang diucapkan oleh seluruh jamaah adalah untuk
mereka dan untuk saya.
Apabila
di antara jamaah yang hadir terdapat orang-orang yang saleh, Allah akan
menerima doa mereka.
Firman-Nya,
"Hai
orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
pada hari Jumat, bersegeralah kamu untuk mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, bertebarlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah banyak-banyak supaya kamu
beruntung." (al- Jumu'ah: 9-10)
Dari
ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa waktu manusia terbagi dua,
1. Sibuk berhubungan dengan Allah
pemberi kenikmatan agar memperoleh tambahan daya, kekuatan, dan ketahanan
batin.
2 Sibuk
berhubungan dengan kenikmatan itu sendiri.
Yang
pertama seruan untuk shalat Jumat dan yang kedua bertebaranlah di bumi untuk
mencari karunia Allah.
Dalam
mencari karunia Allah (rezeki) yang didahulukan adalah untuk kepentingan
pribadi dan keluarga baru yang lain. Rezeki sudah disediakan Allah. Tinggal
manusia saja yang mencari dan mengais rezeki itu.
Apabila
dalam mencari rezeki itu dengan berjamaah, hasilnya akan lebih besar dan lebih
mendapat keberkahan Allah.
Sumber
Pustaka:
Sya’rawi,
Muhammad Mutawai. 2007. Anda Bertanya Islam Menjawab.
Diterjemahkan Oleh: Abu Abdillah Almansyur. Jakarta. Gema Insani
Advertisement