-->

Jangan Bersedih Ketika Ada yang Mendengki

Jangan Bersedih Ketika Ada yang Mendengki
Jangan Bersedih Ketika Ada yang Mendengki
Jangan Bersedih Jika Mendengar Kata-kata Kasar, Karena Kedengkian Itu Sudah Ada Sejak Dulu


Tamaklah menghimpun keutamaan, dan tekunlah abaikan celaan si pendengki.
Ketahuilah bahwa umur itu adalah saat-saat kebaikan diterima dan setelah kematian kedengkian itu terputus dengan sendirinya

Seorang ulama kontemporer mengatakan,

"Kepada orang-orang yang sangat sensitif terhadap kritikan agar mereka menuangkan apa saja yang dingin ke dalam syarafnya pada saat menghadapi kritikan yang pedas dan menyengat."

Dikatakan, sungguh hebat Allah menempatkan kedengkian itu, la sungguh adil. Berawal dari pertemanan, lalu membunuhnya.

Al-Mutanabbi mengatakan, "Kenangan seseorang itu adalah umurnya yang kedua, dan keinginannya yang tak kesampaian. Selebihnya adalah kesibukannya."

Sahabat Ali r.a. mengatakan, "Kematian adalah taman yang terjaga ketat."

Seorang bijak bestari mengatakan, "Seorang pengecut mati beberapa kali. Sedangkan, pemberani hanya mati sekali."

Jika Allah menginginkan kebaikan pada seorang hamba di saat-saat yang tertekan, maka Dia menjadikan hamba itu mengantuk sebagai wujud penjagaan dari-Nya. Hal yang sama pernah terjadi pada diri Thalhah r.a. pada saat perang Uhud, sebelum perang dimulai. Karena begitu berat kantuknya sampai-sampai pedang yang dipegangnya jatuh beberapa kali.

Itu sebagai wujud ketenangan dan kedamaian di dalam hati.

Namun ada juga kantuk untuk ahli bid'ah. Syabib ibn Yazid merasakan kantuk yang tak tertahankan saat ia sedang menunggang seekor baghlah (hewan peranakan kuda dengan keledai). Dia adalah seorang lelaki yang sangat pemberani. Sedangkan isterinya, bernama Ghazalah, adalah seorang perempuan pemberani yang pernah mengusir Al-Hajjaj.

Seorang penyair mengatakan,

"Menjadi singa ketika berhadapan denganku, tapi dalam perang ia menjadi seekor burung yang tak berdaya lari terbirit-birit hanya karena suitan saja Tidakkah engkau keluar menantang Ghazalah yang sombong atau hatimu dengan dua sayapnya akan segera terbang."

Allah berfirman,

{Katakanlah: "Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan. Dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya atau (azab) dengan tangan kami. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu."}
(QS. At-Taubah: 52)

Firman-Nya yang lain,

{Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu. Dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.}
(QS. Ali 'Imran: 145)

Seorang penyair lain berkata,

"Pernah aku bilang pada jiwa, namun malah terbang menjadi bayangan pahlawan, celaka engkau, kenapa tidak memperhatikan

Jika kau mohon sehari saja diundurkan dari ketetapan ajal, tak akan dipenuhi.
Bersabarlah menghadapi maut, bersabarlah toh tak seorang pun mampu menggapai keabadian.

Pakaian kehidupan itu bukanlah pakaian kekuasaan karena bisa diambil dari seorang saudara yang menginginkan."

Singkatnya, syair ini berarti bahwa jika ajal telah datang, maka tidak akan diajukan dan tidak akan pula diundurkan walau hanya satu jam. Ali ibn Abi Thalib mengatakan,

"Kapan aku harus lari dari dua hari kematianku, hari yang telah ditentukan atau kah hari yang tidak ditentukan.

Pada hari yang tidak ditentukan aku tak takut, karena yang telah ditentukan itu tidak bisa diubah dengan kewaspadaan."

Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata: "Carilah kematian, niscaya kalian akan diberi kehidupan."





Daftar Pustaka
Karya 'Aidh al-Qarni.  2004.. La Tahzan, jangan bersedih.
halaman 109-11. Jakarta: Qisthi Press.


Advertisement