-->

Inggit ~ Perempuan Yang Dilupakan Sejarah

Inggit ~ Perempuan Yang Dilupakan Sejarah
Inggit ~ Perempuan Yang Dilupakan Sejarah
Nama Inggit Garnasih mungkin tidak begitu familiar ditelinga kita namun siapa yang tahu wanita yang terlupakan dalam sejarah itu adalah salah satu wanita yang berperanan besar dalam kemerdekaan Negara Republik Indonesia ini. Dia adalah istri kedua Soekarno. Selama puluhan tahun, Inggit setia mendampingi Soekarno, bahkan ketika berada di dalam penjara. Ia juga rajin membawakan makanan dan buku-buku terhadap Engkus, panggilan kesayangannya pada Soekarno.

“Aku adalah perempuan yang tidak memiliki peranan apapun. Tapi.. Aku ada di dalam lahirnya sejarah paling penting di negara ini” (Monolog Inggit)

Nama Inggit mempunyai peranan penting di ruang domestik atau privat Soekarno. Tapi banyak yang belum mengetahui siapa Inggit sebenarnya
Inggit mendampingi Soekarno dalam suka dan duka selama hampir 20 tahun namun pernikahan mereka tidak dikaruniai anak.

Sebagai seorang wanita, Inggit tergolong wanita tangguh yang siap berkorban untuk suami yang amat dicintainya.
Soekarno sendiri mengaku beruntung memiliki Inggit. Selain cantik, Inggit juga bisa menjadi sosok yang lengkap bagi Soekarno. Inggit bisa menjadi seorang ibu, sahabat, kekasih, yang selalu menyemangati Soekarno.

Tanpa Inggit, Soekarno tak akan menjadi seorang pemimpin besar. Cinta memberi kekuatan bagi Soekarno untuk berjuang membebaskan negerinya dari penjajah. Cinta juga yang memberi kekuatan Inggit untuk berkorban.

Ketika Soekarno hendak menyerah, Inggit menguatkannya dengan berkata “Tidak.. kamu jangan menyerah..”

Inggit adalah pengobar semangat Engkus. Selama Soekarno dalam penjara, Inggit setia menempuh perjalanan sejauh 30km dari Ciatel ke Sukamiskin menjenguk Soekarno dengan berjalan kaki untuk mengirit ongkos. Inggit adalah sumber informasi dan pengamat jitu segala yang terjadi di luar bilik penjara. Meski pemeriksaan ketat diberlakukan di sana, Inggit berhasil mengecoh sipir penjara dengan menggunakan Alquran dan telur rebus sebagai media komunikasi untuk menyampaikan situasi di luar.
Telur yang dibawa Inggit terlebih dahulu telah ditandai dengan tusukan halus di luarnya. Satu tusukan berarti situasi aman, dua tusukan artinya seorang kawan tertangkap, bila ada tiga tusukan menandakan adanya penyergapan besar-besaran terhadap aktivis pergerakan. Hal yang sama juga dilakukan pada Alquran, jika kiriman buku diterima pada 17 Mei misalnya, maka Soekarno akan membuka surat Alquran kelima halaman 17 dan mencari lubang-lubang kecil dibawah huruf tertentu dari bagian tersebut agar membentuk rangkaian kalimat.
Sayang, setelah 20 tahun berumah tangga, bahkan dengan setia mengikuti Bung Karno hingga ke Ende dan Bengkulu, Inggit harus rela berpisah. Karena sang suami terpikat pada Fatmawati, yang pernah ikut mondok dalam rumah tangga mereka saat di Bengkulu.

Tahun 1942, Soekarno menceraikan Inggit yang tak mau dimadu hanya karena ia tidak bisa mendapatkan anak selama puluhan tahun mereka menikah.
Ketika Soekarno meminta ijin untuk menikah dengan Fatmawati. Inggit berani mengatakan 'tidak' dan pulang ke kampung halamannya di Bandung. Setelah itu, ia merasa tugasnya sebagai istri selesai.


~ Seperti tanah air yang dibelanya, aku bukanlah sebuah koloni. Jangan hanya karena tubuhku tidak ditakdirlan menjadi tubuh seorang ibu, lantas aku tak berhak mengatakan “Tidak”. ~

~ Banyak sekali sanjungan yang dibuat untuk perempuan yang mau patuh dan diam pada kemauan lelaki. Buatku sanjungan itu adalah muslihat. Biarlah aku tak pernah menjadi isteri utama, tidak pernah menjadi istri utama.. karena Harga diriku tak bisa ditukar dengan sebutan apapun, bahkan dengan istana sekalipun. Biar ini menjadi akhir perjalananku mengantarkan seorang lelaki yang bernama Soekarno menjadi seorang pemimpin diambang kebebasan. ~ (Inggit Garnasih, Monolog)





Soekarno tak berniat menceraikan Inggit, namun Inggit tak rela dimadu! sebagai seorang perempuan, seorang Ibu; dirinya rela mengorbankan segenap rasa hatinya demi Engkusnya tersayang. Inggit undur dari kehidupan Soekarno, kembali ke keluarganya di Bandung. Hatinya sakit, namun dia tetap harus kuat, dirinya tak bisa menerima kenapa Fatmawati? Dia seperti anakku sendiri. Aku anggap dia anakku sendiri.

Inggit-lah wanita yang mendamping Soekarno dalam suka duka hingga menuju gerbang kemerdekaan namun pada akhirnya ia memilih untuk kembali ke kampong halamannya di Bandung karena tak mau dimadu meski ia masih mencintai Soekarno.

Rasanya Seperti tidak rela ketika akhirnya Soekarno menikahi wanita lain demi mendapatkan keturunan, mengingat pengorbanaannya saat mendampingi soekarno di masa-masa yang sulit.

Sekalipun bercerai tahun 1942, Inggit tetap menyimpan perasaan terhadap Soekarno, termasuk melayat saat Soekarno meninggal.


‘Ngkus, geuning Ngkus teh miheulaan, ku Inggit didoakeun …” Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Inggit di depan jasad Soekarno, mantan suaminya. Baginya Soekarno adalah cinta sejati, mantan suami yang sangat dicintai dan dibanggakannya. Setelah bercerai, Soekarno sekali menyempatkan menjenguk Inggit yang sakit-sakitan pada 1960 di Bandung.

Inggit mengajarkan betapa besarnya peran wanita dibalik sososk lelaki hebat. Mereka tidak dikenal karena mereka berada dibalik panggung peristiwa sejarah. Mereka hebat karena mampu menghasilkan sosok hebat lewat peranan mereka yang tak nampak di hadapan khalayak karena peranan mereka di lingkup kecil yang bernama “keluarga.” Betapa hebatnya peranan wanita..
Maka jadilah dirimu wanita hebat dan cerdas. Karena ditangan kalianlah terlahir generasi-generasi hebat untuk negeri ini..



Sabtu, 10 Mei 2014 (dari berbagai sumber)


@ImintsFasta





Advertisement