Kita mendengar orang sering
mengatakan kata "insya Allah" dalam keseharian. Terutama saat mereka
tengah berjanji akan datang ke suatu tempat atau akan melakukan suatu urusan.
Lantas apa arti sebenarnya kata tersebut?
Dilansir dari wikipedia.org, In Sya' Allah (إن شاء الله In šyāʾ Allāh) adalah ucapan seseorang
dalam bahasa Arab memiliki arti "Jika Allah mengijinkan" atau
"Kehendak Allah". Istilah ini digunakan untuk menyertai pernyataan
akan berbuat sesuatu pada masa yang akan datang. Pada negara-negara yang menggunakan
Bahasa Arab, istilah ini digunakan oleh semua umat yang beragama, yang berarti
istilah ini tidak menunjukkan sifat suatu agama tertentu, namun hanya memiliki
arti "Jika Allah mengijinkan".
Salah satu penggunaan In
sya Allah adalah untuk mengindikasikan bahwa kesuksesan yang diraih
bukanlah semata karena usaha keras dan kehendak seseorang, namun lebih kepada
bahwa usaha keras yang dilakukan adalah untuk mendapatkan ridha dari Allah.
Dimana ridha Allah dapat diinterprestasikan sebagai hal terbaik untuk manusia,
bumi, dan semua ciptaan Allah yang lainnya. Istilah ini secara umum sering
digunakan oleh umat Muslim, namun juga sering digunakan oleh kelompok Kristen
di daerah timur tengah, seperti Gereja Koptik Ortodok. In sya Allah diucapkan bila berbicara
mengenai rencana atau kegiatan yang diharapkan akan terjadi pada masa yang akan
datang. Istilah tersebut juga menunjukkan suatu kepatuhan terhadap Allah,
dimana seorang yang mengucapkan hal tersebut berarti menyerahkan segala keputusan
di tangan Allah, dan menerima takdir bahwa kadang Allah bertindak tidak sesuai
dengan dugaan manusia.
Dalam Al-Qur'an, tertulis bagi Muslim bahwa merupakan hal
yang dilarang mengucapkan suatu hal yang akan dilakukan pada masa depan
(berjanji) tanpa mengucapkan In sya Allah. Penggunaan In
sya' Allah sesuai dalil pada Al-Qur'an surat Al Kahfi:
“
|
...dan
jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: “Sesungguhnya aku akan
mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “In sya Allah”
dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: “Mudah-mudahan
Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari
pada ini”. (Al Kahfi 18:23-24)
|
Berikut penjelasana Ust. Muhammad Mutawai Asy-Sya’rawi (dalam Tanya-Jawab Islam)
Segala sesuatu yang
menyangkut "nanti atau besok", tergolong dalam pengertian
"akan datang". Selama menyangkut "akan datang", manusia
tidak dapat memastikan kecuali bila dikehendaki Allah.
Firman Allah,
"Dan jangan
sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu, 'Sesungguhnya ahu akan mengerjakan
itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut), Insya Allah.'" (al-Kahfi: 23-24)
Sesuatu yang
menyangkut akan datang, mencakup lima unsur:
Pertama
: pelaku (subjek).
Kedua
: yang
diperlakukan (objek).
Ketiga
: waktu dan
tempat kejadian.
Keempat : sebab
musabab.
kelima
: kekuatan dan
kemampuan yang diperlukan untuk pelaksanaannya.
Apabila seorang berkata,
"Besok saya akan pergi ke tempat si fulan untuk membicarakan masalah
anu."
Orang itu tidak mempunyai
jaminan kalau ia akan tetap hidup sempai besok. Begitu juga yang akan ditemui.
Kalau ia esoknya bisa pergi, mungkin waktunya tidak tepat, atau tempatnya
berubah atau mungkin esoknya orang itu berhalangan baik secara fisik atau
mental, atau juga berubah niat untuk melaksanakannya. Jadi, manusia tidak kuasa
menentukan kelima unsur itu.
Semuanya dikembalikan kepada pengaturnya, yaitu Allah Yang
Mahakuasa.Manusia harus menurut perintah-Nya, mengueapkan kata insya
Allah (apabila Allah menghendaki). Apabila Dia tidak menghendaki, pasti rencana
itu gagal.
Sumber Pustaka:
Sya’rawi,
Muhammad Mutawai. 2007. Anda Bertanya Islam Menjawab.
Diterjemahkan Oleh: Abu Abdillah Almansyur. Jakarta. Gema Insani
Abbas Moh
Sofwan. 2013. Dakatuna.com. Diakses 29 mei 2015 (online)
Advertisement