pic: puasa.web.id |
Puasa adalah salah satu ibadah utama
yang dimuliakan Allah. Hanya Allah sendirilah yang memberi nilai dan pahala
atas ibadah seseorang. Kita wajib menjaga dan memelihara agar puasa kita
bersih, suci, dan murni, semata-mata untuk- Nya. Setiap perintah kita terima
sebagai perintah. Kita lakukan apa yang harus untuk dikerjakan dan kita
tinggalkan apa yang diperintah untuk dijauhkan. Hikmah dari pelaksanaan
perintah itu hanya Allah yang tahu. Seorang anak sakit, periksakan ke dokter
lalu diberi obat. Apakah anak kecil itu tahu hikmah dari obat pahit yang harus
ia telan untuk penyembuhannya? Dokter tentu tahu hikmah dari obat itu.
Berhati-hatilah dalam mengaitkan hukum
Allah dengan sebab atau alasan. Berpuasa karena bisa menyembuhkan penyakit atau
berpuasa karena bisa menurunkan berat badan. Yang demikian ini bukan ibadah dan
karenanya tidak akan ikhlas. Sebab dia puasa karena ingin mendapat tujuan
sampingannya saja. Orang yang ikhlas berpuasa dasarnya karena iman. Puasanya
hanya semata menjalankan perintah.
Keikhlasan seseorang dibutuhkan dalam
berpuasa karena ikhlas merupakan sikap dan perilaku yang menjadi pondasi dari
iman seseorang. Allah tidak akan menerima suatu awal perbuatan tanpa dikerjakan
secara ikhlas. Perintah untuk ikhlas ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat
Al-Bayyinah: 5 yang berbunyi: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan (dengan ikhlas) kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan
menunaikan zakat, yang demikian itulah agama yang lurus” Dengan demikian, dalam
berpuasa hendaklah memurnikan niat guna mendapatkan keridhoan Allah sehingga
puasanya diterima oleh Allah SWT.
Sumber Pustaka:
Sya’rawi,
Muhammad Mutawai. 2007. Anda Bertanya Islam Menjawab.
Diterjemahkan Oleh: Abu Abdillah Almansyur. Jakarta. Gema Insani
Asakdiyah,
Salamatun. 2009. Syukur, Ikhlas Dan Sabar: Kunci Keberhasilan Berpuasa. Diakses
02 Juli 2015 (online dalam uad.ac.id)
Advertisement