Dalam
filosofi jawa, bulan muharom biasa di sebut
dengan bulansuro. Ada yang mengatakan penyebutan nama itu dikarenakaen
spesialnya tanggal 10 muharrom. Atau ‘asyuro’. Sehingga orang jawa menamai
bulan muharrom dengan bulan suro. Didalam bulan muharom, banyak sekali
kejadian-kejadian serta amalan-amalan spesial
di bulan ini. Salah satunya adalah puasa hari ‘Asyura atau berpuasa di bulan muharom pada tanggal 10.
Lantas, apakah puasa ini dibenarkan dalam islam? Kemudian apa hukum dari puasa tanggal 10 bulan Muharam?
Sebagaimana hadits yang telah diriwayatkan oleh imam
bukhori, bahwa bulan muharram benar-benar bulan yang sangat mulia. Sebagaimana
yang beliau riwayatkan dalam kitabnya, yakni Dari Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma berkata: “Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam tiba di
Madinah, maka beliau melihat orang-orang Yahudi menjalankan puasa hari ‘Asyura. Beliau bertanya kepada mereka:
“Ada apa ini?”
Mereka menjawab, “Ini adalah hari yang baik. Pada
hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka. Maka Nabi Musa
berpuasa pada hari ini.”
Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam bersabda, “Saya
lebih layak dengan nabi Musa dibandingkan kalian.” Maka beliau berpuasa ‘Asyura
dan memerintahkan para shahabat untuk puasa hari ‘Asyura.”
Selain itu, telah diriwayatkan bahwasanya puasa
asyyuro ini telah dilakukan sejak zaman jahiliyyah. Bahkan nabi Muhammad pun
setiap tanggal 10 muharam beliau selalu berpuasa, ketika beliau belum menjadi
nabi. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam bukhori yaitu, Dari Aisyah
radiyallahu ‘anha berkata: “Mereka biasa melakukan puasa hari ‘Asyura (10
Muharram) sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan. Pada hari tersebut Ka’bah
diberi kain penutup (kiswah). Ketika Allah mewajibkan puasa Ramadhan, maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Barangsiapa ingin berpuasa
‘Asyura, silahkan ia berpuasa. Dan barangsiapa ingin tidak berpuasa ‘Asyura,
silahkan ia tidak berpuasa.”
Dari Aisyah radiyallahu ‘anha berkata: “Kaum musyrik
Quraisy mengerjakan puasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) sejak zaman
jahiliyah. Demikian pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam mengerjakan
puasa ‘Asyura. Ketika beliau tiba di Madinah, maka beliau berpuasa ‘Asyura dan
memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. Kemudian ketika puasa Ramadhan
diwajibkan, beliau meninggalkan puasa hari ‘Asyura. Maka barangsiapa ingin, ia
boleh berpuasa ‘Asyura. Dan barangsiapa ingin, ia boleh tidak berpuasa.” (HR.
Bukhari no. 2002 dan Muslim no. 1125, dengan lafal Bukhari)
Setelah mengetahui hukumnya dan keutamaannya, bagi yang ingin menjalankan puasa hari
‘Asyura, marilah kita menjalankan puasa. Namun, bagi yang tidak juga tidak apa-apa.
Karena hukumnya berpuasa ‘Asyura sendiri adalah sunnah.
Advertisement