Pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dan suci. Oleh karena itu
banyak hal yang perlu dilakukan sebelum acara pernikahan tersebut berlangsung.
Salah satunya adalah dengan memilih pasangan yang baik. Setelah memiliki
pasangan, barulah meminang atau melamar calon istri. Setelah kedua belah pihak
sama-sama mengetahui, biasanya dilakukan tradisi hitungan jodoh, khususnya di
daerah jawa. Saking kakunya, bahkan ada beberapa orang modern melakukan kawin
lari karena hubungannya tidak direstui oleh orang tua. Hal ini karena orang tua
masih memegang teguh tradisi menghitung weton. Tradisi menghitung weton merupakan
tradisi kejawen yang dilakukan dengan mencocokkan weton antara calon suami dan
istri.
Tradisi menghitung weton dimaksudkan agar pasangan
memperoleh kebahagiaan di masa mendatang. Jika wetonnya baik, maka pasangan
tersebut akan mendapatkan kebaikan pula dalam kehidupannya. Namun apabila weton
keduanya tidak cocok maka bisa saja mendatangkan musibah seperti rumah tangga
yang kisruh, berantakan bahkan kematian. Begitulah, fenomena yang masih terjadi
di sekeliling kita terkait tradisi menghitung weton. Sehingga tidak jarang,
pasangan yang saling mencintai kemudian terpaksa harus gagal menikah karena
terganjal restu. Mempercayai weton sebagai penyebab kesialan adalah syirik
hukumnya. Untuk menyiasatinya seharusnya ada penggabungan kulturasi jawa dan
islam dalam tradisi menghitung weton.
Sejumlah ulama
islampun banyak yang telah melakukan kolaborasi keduanya dengan melakukan
perhitungan dengan sinkretisasi atau paduan islam dan jawa. Cara yang tentu
sangat dianjurkan oleh Allah SWT adalah senantiasa berdoa dan meminta
kepada-Nya agar diberikan kemudahan dalam menemukan pasangan hidupnya.
Melakukan sholat istikharah ketika telah memiliki calon pasangan adalah lebih
dianjurkan menurut islam. Islam tidak memiliki perhitungan jodoh yang baik.
Dalam Quran dan hadist hanya disebutkan bahwa pilihlah pasangan yang memenuhi
kriteria bibit, bebet, dan bobot. Bahkan, dalam Al Qur'an surat An Nur ayat 26
secara eksplisit dijelaskan bahwa wanita keji cocoknya untuk pria keji pula dan
sebaliknya. Sementara itu, perempuan yang baik, jodohnya juga laki-laki baik.
Oleh karean itu, ulama menyarankan untuk memperabaiki diri jika ingin jodohnya
baik.
Namun, memang masih banyak dijumpai orang-orang
yang kemudian berpisah dengan pasangan dengan alasan tidak mengindahkan tradisi
menghitung weton sehingga di kemudian hari mereka mendapat musibah. Kondisi
inilah yang kemudian, membuat orang berpikiran tentang pentingnya tradisi
menghitung weton. Sampai saat ini tradisi tersebut masih sangat kental dalam
tradisi Jawa, meskipun mereka beragama Islam dan percaya akan ketentuan Allah
SWT. Seperti itulah paparan tentang penghitungan weton yang seringkali
diterapkan untuk mencocokkan pasangan. Namun, sebagi seorang muslim yang
briman, kita harus berkiblat pada syariat islam dengan memilih jodoh
yang baik melalui ajaran-ajaran yang telah Allah SWT berikan.
Advertisement