Menelisik
kisah-kisah para sahabat terdahulu memanglah suatu hal yang menarik. Hidup di
masa Rasulullah Saw penuh dengan perjuangan bagaimana syi’ar Islam sedang
disebarkan di banyak kalangan. Banyak kisah dan hikmah yang dapat kita ambil
sebagai pelajaran dan pengendali bagi anda sebagai seorang muslim. Terlebih lagi
jika anda membuka kembali kisah tentang sahabat Rasulullah, Ali bin Abi Thalib
yang menikah dengan putri Rasulullah Saw, Fatimah az-Zahra. Kisah cinta Ali dan
Fatimah menjadi kisah cinta terindah sepanjang masa.
Mengurai
balada cinta Ali dan Fatimah akan membuat anda lebih menghargai akan rasa cinta
yang telah difitrahkan kepada anda. Cinta Ali dan Fatimah yang sangat terjaga
kerahasiaannya, dari kata maupun ekspresi menunjukan bagaimana mulianya
perasaan cinta Ali dan Fatimah yang berlandaskan cinta kepada Allah SWT. Dalam
perjuangan Ali untuk menghalalkan Fatimah hanya Allah lah yang mengetahui,
bahkan Rasulullah Saw pun tidak mengetahui akan perasaan cinta yang dimiliki
oleh keduanya. Ali memendam perasaan cinta yang teramat dalam terhadap Fatimah,
begitu juga dengan Fatimah, Ia memiliki perasaan cinta yang sama terhadap Ali.
Namun, karena ketaatan keduanya terhadap Allah SWT, beliau berdua menyerahkan
segala perasaan cinta yang dirasa kepada Allah SWT.
Dalam
prosesnya, Ali sempat terluka dua kali lantaran Fatimah telah dilamar oleh dua
orang sahabat Nabi yang lainnya. Yakni Abu Bakar dan Umar, yang mana keduanya
memiliki kemampuan dan keilmuan yang lebih dibandingkan Ali. Namun, takdir
Allah berkata lain, lamaran keduaya ditolak oleh Rasulullah. Hingga pada
akhirnya Ali pun memberanikan diri untuk melamar Fatimah melalui Rasulullah.
Meski hanya bermodalkan baju besi, niat tulus Ali dan kesabarannya selama ini berbuah
manis, lamarannya diterima oleh Rasulullah. Betapa bahagia penuh syukur Ali
ketika itu.
Cinta
Ali dan Fatimah pun akhirnya dipersatukan dengan jalan yang penuh dengan
keridhoan-Nya. Pernah Fatimah berkata kepada Ali, “maafkan aku wahai suamiku,
sebab sebelum aku menikah denganmu, aku pernah merasakan jatuh cinta kepada
seorang pemuda dan aku ingin menikahinya”. Ali pun menanggapi pernyataan
Fatimah, “lalu mengapa engkau tidak menikah dengannya? Dan apakah engkau telah
menyesal menikah denganku?”. Fatimah pun menjawab, “pemuda itu adalah dirimu
suamiku”.
Masya
Allah, betapa indah ketika cinta hanya disandarkan kepada Sang Maha Cinta.
Allah pun mendengar dan merestui cinta Ali dan Fatimah untuk menjadi pasangan
suami istri yang senantiasa hidup dalam keberkahan.
Advertisement