Ikhlas, jika
kita merujuk pada bahasa berarti memiliki arti tulus hati. Jika merujuk pada
sebuah arti ikhlas berarti pemurnian amal shalih atau ibadah yang hanya
mengharapkan ridho dari Allah semata. Suatu hal bisa disebut ikhlas jika dalam
melakukan hal tersebut kita hanya ingin mendapatkan ridho dari Allah SWT semata
tanpa ada maksud lainnya.
Imam Ibnu
Qayim memberikan penjelasanya mengenai ikhlas yang memiliki arti meng- esa kan Allah disetiap apapun yang mereka
lakukan. Imam Ibnu Qayim juga mengartikan ikhlas sebagai sikap yang bisa
memurnikan sebuah amalan dari segala hal yang akan mengotorinya.
Sebenarnya kita sudah sangat
sering mengucapkan ikhlas di setiap harinya. Hal ini terjadi ketika kita
melakukan sholat dengan membaca surat Al – Fatihah pada ayat ke lima yang
memiliki arti
“
hanya kepadaMu kami menyembah, dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan “
Meskipun hal ini sudah sangat
sering kita lakukan, namun nyatanya ikhlas ini sangat sulit sekali untuk
dipraktekan tak jarang kita melakukan sesuatu karena ingin mendapatkan dari
yang lainya bukan karena Allah.
Jika
demikian maka kita patut untuk semakin berhati-hati, karena jika kita melakukan
sebuah amalan namun hati kita tidak bisa bersikap ikhlas atau masih mengharapkan
imbalan dari hal-hal yang duniawi maka hal tersebut bisa menjadi salah satu
pertanda akan kebinasaan karena Allah SWT menganggap amalan tersebut sebagai
debu yang terbang dan Allah tidak akan menerima amalan tersebut. Hal ini bisa
kita lihat pada surat Al – Furhan ayat 23 yang memiliki arti
“
dan kami perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan lalu kami jadikan amalan
itu sebagai debu yang berterbangan “
Melihat
hal-hal diatas, maka sudah saatnya kita belajar ikhlas dari para salaf. Namun
siapakah salaf itu? Bagaimana cara kita belajar ikhlas dari para Salaf? Salaf
jika kita artikan dalam bahasa memiliki makna orang terdahulu yang bisa kita jadikan sebagai pembelajaran di masa
sekarang ini. Lalu siapakah orang-orang terdahulu yang bisa kita jadikan
pembelajaran? Mereka adalah para sahabat Nabi, Tabi’in atau orang yang
mengikuti sahabat, dan Tabi’ut tabi’in atau orang yang mengikuti Tabi’in. Hal
ini seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang
artinya;
“sebaik-baik
manusia adalah generasiku, kemudia generasi selanjutnya, dan generasi
sesudahnya”
Sesudah kita mengetahui siapa itu
Salaf? Mari kita belajar ikhlas dari para Salaf bersama-sama.
Yang pertama kita akan belajar
ikhlas dari para Salaf yang diriwayatkan Abdulah bin Mubarak yang bercerita
tentang Hamdan bin Ahmad ketika ditanya “kenapa perkataan ulama Salaf lebih
berguna dari pada kita?” dan beliau lalu menjawabnya dengan “karena
mereka(ulama Salaf) berbicara untuk kemuliaan Islam, sedangkan kita berbicara
untuk kemuliaan diri-sendiri, mencari dunia dan keridhoan manusia”
Yang kedua kita
akan belajar ikhlas dari para Salaf dan diriwayatkan oleh seseorang yang
tinggal di dekat Muhamad bin Wasit “kenapa kulihat hati manusia itu tidak
khusyu, tidak berlinang air matanya dan kulihat tidak bisa merinding” Setelah itu beliau Muhamad bin Wasit
menjawabnya dengan “wahai fulan, karena kulihat orang-orang tersebut hanya
mendapatkan cerita darimu, apabila kata-kata itu bersumber dari hati, niscaya
ia akan sampai pada hati”
Dan yang ketiga kita akan belajar
ikhlas dari para Salaf yang diriwayatkan oleh Abu Ja’far al – Hazdza yang
pernah mendengar “aku pernah mendengar Ibnu Uyainah berkata, apabila amalan
hati sesuai dengan amalan jahir maka itulah keadilan, apabila amalan hati lebih
baik dari amalan zahir maka itulah keutamaan, dan apabila perbuatan zahir lebih
baik dari pada hati maka itulah kepuasan”
Dari hal
diatas kita bisa menyimpulkan bahwa ikhlas adalah perbuatan yang hanya ingin
mendapatkan ridho Allah semata, bukan dari makluk lainya.
Advertisement